Saturday, January 15, 2022

Pembelajaran Kolaboratif: Cara Pengelompokan Siswa

Pembelajaran Kolaboratif - Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U, kelompok tatap muka empat-empat, dobel setengah lingkaran dan lain sebagainya. Intinya ciptakan suasana interaktif, siswa aktif dengan komunikasi yang efektif selama pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif, walau memiliki kemiripan, berbeda dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kolaboratif pada prinsipnya melibatkan kerja sama antara dua orang siswa atau lebih, sedangkan pembelajaran kooperatif umumnya telah dibakukan terdiri dari kelompok kecil 2-6 orang. Lebih dari 6 orang dianggap sudah tidak efektif lagi dan dianggap sebagai pembelajaran kolaboratif biasa.

Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran Kolaboratif

Macam Bentuk Pengelompokan Siswa

Dalam pembelajaran kolaboratif, kita tidak bisa terlepas dengan kegiatan pengelompokan siswa. Cara pengelompokan siswa ini didukung oleh sejumlah teori. Misalnya, Andree (1982), menyatakan ada beberapa macam pengelompokan siswa di antaranya:

Task-Planning

Bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang diberikan oleh guru.

Teaching Groups

Guru memerintah satu hal, siswa yang ada pada tahap kognitif yang sama mengerjakan tugas yang sama pada saat yang sama.

Seating Groups

Pengelompokan yang bersifat umum, disisni 4-6 orang siswa duduk mengelilingi satu meja.

Joint-Learning Groups

Satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain.

Collaborative Groups

Kelompok kerja yang menitikberatkan pada kerja sama tiap individu dan hasilnya merupakan sesuatu yang teraplikasi.

Sementara itu, Kerry and Sand (1982), mengidentifikasi 5 cara pengelompokan lain yaitu;

Age Groups

Pengelompokan berdasarkan usia dalam satu kelompok.

Achievement Groups

Pengelompokan berdasarkan prestasi siswa yang merata dalam satu kelompok.

Interest Groups

Pengelompokan berdasarkan minat dalam satu kelompok.

Friendship Groups

Pengelompokan berdasarkan siswa yang dianggap teman dalam satu kelompok.

Convenience Groups

Pengelompokan berdasarkan tujuan organisasi (Karti, 2003:25).

Jika pengelompokan itu dilandasi oleh suatu yang sejenis misalnya, semuanya laki-laki, semuanya perempuan, kepandaian anggota kelompok hampir setingkat, disebut kelompok homogen. Sedangkan jika landasannya justru adanya variasi, baik itu variasi jenis kelamin, suku, ras agama, tingkat kepandaian dan sebagainya disebut kelompok heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif lebih ditekankan dan disukai kelompok yang heterogen.

Berkaitan dengan berbagai cara untuk mengelompokkan siswa tersebut diatas ada sejumlah hal penting yang harus dipertimbangkan guru untuk memilih cara mengelompokkan siswa untuk mendukung pembelajaran kolaboratif. Menurut sejumlah ahli, hal-hal penting itu meliputi pertimbangan tentang:

1) Apakah tujuan pembelajarannya dan seberapa jauh hal itu dapat diwujudkan dengan pembagian siswa menurut kelompok-kelompok kecil?

2) Adakah kandungan pembelajaran (pokok bahasan) kondusif untuk dipelajari melalui aktivitas kelompok?

3) Apakah waktu yang dialokasikan untuk pembelajaran mencukupi bagi praktik pembelajaran dengan kelompok kecil sehingga pelaksanaannya mampu memuaskan guru maupun siswa?

4) Apakah setting pembelajaran sesuai untuk melaksanakan kegiatan kelompok?

5) Apakah tersedia cukup sarana atau prasarana yang menunjang pembelajaran bagi setiap kelompok untuk menyelesaiakan tugas kelompok?

6) Informasi apa yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui konten pembelajaran, dan tanggung jawab apa yang didelegasikan kepada setiap kelompok?

Sehubungan dengan sejumlah pertimbangan diatas, Mark (2005) menyatakan bahwa pembagian siswa dalam kelompok kecil yang umum dilaksanakan adalah berdasarkan:

Kelompok siswa dengan tingkat kecakapan yang sama, setaraf, atau mirip;

Kelompok dengan tingkat keterampilan yang setara;

Kelompok persahabatan, mengizinkan siswa-siswa yang akrab untuk kerjasama atau kerja bersama;

Kelompok minat.


Cooperative Learning

Dalam kaitannya dengan model pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, yaitu cooperatif learning, Laura Candler (2009) menyarankan agar tiap kelompok terdiri dari empat orang, kelompok ini terbukti efektif dan luwes karena jika guru menginginkan dapat mengelompokkannya lagi menjadi dua pasang dua pasang, tetapi tetap dalam kelompok yang sama. Tiap tim seyogyanya bersifat heterogen sehingga setiap anak memiliki kesempatan berinteraksi dengan anak yang berbeda. Secara rinci cooperative learning disarankan sebagai berikut.

Setiap tim meliputi satu anak yang pandai, dua anak yang rata-rata kepandaiannya dan satu anak yang lambat belajar.

Diupayakan ada anak laki-laki maupun perempuan.

Anggota tim menggambarkan perbedaan etnik atau ras atau suku.

Tim dibentuk paling lama untuk dalam jangka waktu sekitar 6 minggu, setelah itu dapat dikelompokkan lagi.

Setelah pembentukan tim, sebelum penugasan oleh guru beri kesempatan kepada anggota tim untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain, misalnya melalui kegiatan pemecah kebekuan (ice breaker). 

Pembentukan tim dalam pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan secara cepat dan mudah misalnya melalui pembuatan kartu indeks. Caranya adalah sebagai berikut.

Tulislah nama setiap siswa diatas sebuah kartu indeks, dapat sibuat cukup berukuran setengah kartu pos.

Kelompokkan kartu-kartu indeks itu menjadi empat tumpukan yang masing-masing tumpukan mewakili anak yang pandai, rata-rata atas, rata-rata bawah, dan lambat belajar.

Pilihlah satu kartu indeks dari setiap tumpukan. Dalam memilih yakini dan cermati bahwa pilihan Anda sudah memperhatikan jenis kelamin, ras, dan kepribadian siswa, sehingga setiap kelompok merupakan campuran heterogen.

Pilihlah sisa anggota kelompok dengan cara yang sama. Tempatkan setiap kartu indeks yang berisi anggota tim dalam suatu tempat penyimpanan, misalnya dalam boks kecil dari plastik atau semacam tempat penyimpanan kartu katalog.

Dalam kertas terpisah atau buku catatan, catatlah setiap nama tim dan anggotanya, dokumenkan, arsipkan dengan baik, ini akan menjadi acuan Anda jika nanti akan membentuk tim yang baru, tentu Anda tidak menginginkan sepanjang tahun setiap anak berada dikelompok yang sama, mereka akan bosan dan tidak kreatif lagi.


Diskusi Kelompok Kecil

Inti pelaksanaan pembelajaran kolaboratif tentu saja harus terjadi diskusi, kontak langsung antara orang perorang dan masing-masing individu diberikan kesempatan yang sama untuk mengutarakan pendapat dan gagasannya, dan pada akhirnya mereka diwajibkan untuk mengambil simpulan atau memecahkan masalah sesuai dengan tugas yang diberikan (tujuan pembelajaran). Melalui diskusi kelompok kecil memungkinkan peserta didik memperoleh manfaat melalui:

1) berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan masalah atau penambahan wawasan kognitif, 

2) meningkatkan pemahaman terhadap masalah, 

3) meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan pembelajaran dan pengambilan keputusan, 

4) mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, 

5) membina kerja sama yang sehat dan efektif dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.


Sunday, January 9, 2022

Kompetensi Guru PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)

Kompetensi guru merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh setiap pendidik sehingga apa yang dilakukan dan diajarkan baik di luar ataupun di dalam kelas bermanfaat dan dapat menjadi teladan bagi anak didik dan lingkungan sekitarnya. Terdapat 4 kompetensi guru telah diatur dalam UU No 14 tahun 2005 dan Permendiknas No 16 tahun 2007 yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosil, dan professional. 

Kompetensi Guru


Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik ini merupakan kemampuan guru dalam melakukan manajemen pembelajaran. Dengan kemampuan ini, guru dituntut untuk dapat membuat strategi pembelajaran kaitannya dengan menyiapkan perangkat pembelajaran yang baik yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Kemampuan ini meliputi pembuatan RPP, pemilihan pendekatan pembelajaran, metodepembelajaran, mode pembelajaran, media pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya. Selain perancangan/perencanaan pembelajaran, guru juga dituntut untuk menguasai pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik terutama dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru kaitannya dengan kepribadian yang baik, berakhlak mulia, arif, bijaksana dan berwibawa sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan lingkungan sekitar. Tak hanya bermodalkan penampilan menarik, seorang guru harus memiliki kepribadian baik.

Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi di lingkungan sosial. Kompetensi ini menekankan efektifitas dan efisiensi komunikasi baik dengan peserta didik dan masyarakat sekitar. Kemampuan ini menegaskan bahwa seorang guru tidak hanya bermanfaat untuk sekolah saja, namun seorang guru harus bermanfaat pula bagi lingkungan sosialnya karena guru merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat sosial pula.

Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran. Seorang guru diharuskan menguasai materi yang hendak diajarkan di dalam kelas. Penguasaan materi pun tidak hanya sebatas tahu dan mengerti tentang materi pembelajaran itu, namun harus dipahami secara luas dan mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk dapat membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi serta mencapai tujuan pembelajaran. Saat ini guru termasuk dalam golongan profesi. Untuk meningkatkan dan menguji profesionalisme guru, pendidikan di Indonesia menyediakan Program Profesi Guru (PPG). 


Kompetensi Guru Pengampu Mata Pelajaran PKn SD

Kompetensi guru pengampu mata pelajaran PKn SD adalah hal yang perlu dipertanyakan pada guru PKn SD khususnya sekarang ini. Perkembangan zaman ditengah globalisasi menuntut profesionalitas segala lini termasuk pada guru agar mampu bersaing khususnya dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Sosok guru yang diharapkan dapat mengampu Pkn SD adalah guruyang memiliki standar kompetensi yang diikuti oleh spesifikasi pengalaman belajar yang memungkinkan terkuasainya kompetensi yang diharapkan dalam mata pelajaran PKn SD. Spesifikasi pengalaman belajar sangat penting untuk meyakinkan terbentuknya kompetensi yang diharapkan tersebut. Standar kompetensi guru kelas SD lulusan PGSD untuk mata pelajaran PKn SD dan pembelajaran PKn SD adalah guru yang “menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang mendukung pembelajaran PKn SD”. 

Mengkaji cita-cita, nilai, konsep, norma, moral pancasilasecara kritis dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia.

Mengkaji konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara, perlindungan dan pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar.

Mengkaji konsep, prinsip, nilai, moral dan norma kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dan ber-Bhineka Tunggal Ika dalam konteks kewargaan negara dan dunia.

Berlatih berperan sebagai warga negara yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab melalui keterlibatan sosial yang terkait dengan berbagai dimensi kebijakan public dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralistic.

Berlatih menciptakan iklim kelas dan sekolah sebagai laboratorium demokrasi yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar terbuka untuk memperkuat pengembangan nilai-nilai demokrasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.   


Kompetensi Guru Berdasarkan Pengalaman Belajar

Pengalaman belajar tersebut dikelompokkan menjadi tiga, sesuai dengan hakikat pembentukan kompetensi. Ketiga kelompok pengalaman tersebut adalah mengkaji, berlatih, dan membiasakan diri.

Mengkaji

Mengkaji merupakan pengalaman belajar untuk menguasai kemampuan akademik. Mengkaji dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti membaca, berdiskusi, mengobservasi, dan melakukan percobaan.

Berlatih

Berlatih merupakan pengalaman belajar untuk menguasai keterampilan. Berlatih dapat dilakukan dalam bentuk simulasi atau konteks sebenarnya disertai evaluasi. Perlu dicatat bahwa kegiatan berlatih menggambarkan sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang disertai perbaikan berdasarkan evaluasi.

Membiasakan Diri

Membiasakan diri merupakan pengalaman belajar untuk menguasai sikap, nilai, dan kecenderungan dalam bertindak. Membiasakan diri ini harus dilakukan dalam konteks yang sebenarnya, berulang dan berkelanjutan (continue).

Mengingat kompleksnya kandungan profil kompetensi keguruan kependidikan, termasuk profil kompetensi guru kelas SD, asesmen penguasaannya tidak cukup hanya dilakukan dengan tes tertulis. Penguasaan pengetahuan dan pemahaman sebagian besar memang dapat diakses melalui tes tertulis, namun penguasaan keterampilan harus diakses melalui proses penampilan unjuk kerja yang dielar dalam pelaksanaan tugas-tugas professional dan produk yang dihasilkan.

Sementara itu pemilihan sikap, nilai ,dan kecenderungan bertindak diakses melalui observasi dalam situasi yang otentik. Kesimpulannya, penampilan unjuk kerja keguruan kependidikan yang utuh dalam konteks yang alamiah harus dinilai dengan menggunakan instrument yang lebih kompleks, misalnya alat penilaian kemampuan guru (APKG) yang penerapannya memerlukan banyak pertimbangan ahli (expert judgment).  

Setelah membaca artikel ini, semoga anda terus meningkatkan kompetensi anda sebagai seorang guru, ataupun calon guru. Semoga bermanfaat.


Silahkan upload tugas anda di sini ⤖ UPLOAD TUGAS

Saturday, January 8, 2022

UAS Pengembangan Pembelajaran PKn SD

No comments     
categories: 

Ujian Akhir Semester Gasal Pengembangan Pembelajaran PKn SD

Ujian

Jawablah pertanyaan berikut dalam perspektif anda masing-masing (no google, no drama)!  

  1. Jelaskan hakekat dan tujuan pembelajaran PKn di SD!
  2. Sebutkan dan jelaskan beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di SD!
  3. Menurut anda, seberapa penting pengembangan pembelajaran khususnya mata pelajaran PKn?
  4. Jelaskan apa saja yang perlu dilakukan seorang guru sebelum melakukan pengembangan pembelajaran PKn!
  5. Menurut anda, mana yang lebih penting antara mengembangkan pendekatan, metode, model, media, atau penilaian pembelajaran, jelaskan!
  6. Sebutkan satu metode dan satu model yang menurut anda dapat dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran PKn SD! Beri Penjelasan!
  7. Anda adalah seorang guru Sekolah Dasar yang harus mengajar 30 siswa dalam suatu kelas. Beberapa pertemuan dan kegiatan pembelajaran yang anda lewati kurang begitu efektif. Siswa cenderung tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran yang Anda berikan. Bahkan masih ada beberapa siswa yang suka berjalan-jalan di kelas dan asik berbincang dengan teman yang lain saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Melihat fenomena tersebut, anda harus membuat suatu perubahan dengan melakukan pengembangan pembelajaran. Berdasarkan analisis kebutuhan di atas, jenis pengembangan apa yang akan anda lakukan? Jelaskan!  

Kirim jawaban anda dalam bentuk word atau pdf melalui link ~> UPLOAD JAWABAN