Menuntaskan KONFLIK Serta Memelihara PERDAMAIAN
Ketrampilan pemimpin dalam mengelola konflik bukan saja berguna untuk menuntaskan permasalahan, namun pula dalam rangka membawa transformasi melalui organisasinya yakni dengan menguatkan kehidupan masyarakat yang damai. Konflik kerap pula dipandang sebagai konsekuensi logis dari hakekat manusia yang mempunyai keahlian berpikir, menentukan opsi serta kepentingan. Konflik dengan demikian dapat menjadi mekanisme natural untuk manusia guna meningkatkan diri individu ataupun kebudayaan masyarakat. Sebab dengan adanya konflik, sehingga perbandingan cara pandang ataupun kepentingan menjadi jelas serta lahirlah pemahaman baru antar manusia. Apabila perbedaan- perbedaan itu dapat dimengerti serta diterima, sehingga lahirlah nilai serta budaya baru yang lebih lengkap untuk kepentingan publik dimana konflik itu berlangsung.
Pada sisi lain, konflik juga memiliki kemampuan untuk mengusik kebersamaan hidup manusia serta mengacaukan, bila tidak ditangani secara baik. Konflik dapat memunculkan akibat kurang baik, mulai dari tingkatan barrier ringan semacam timbulnya rasa tidak bahagia antar pribadi, sampai akibat barrier kurang baik berbentuk pertikaian terbuka yang memakan korban jiwa serta kehancuran. Guna menyelesaikannya, sehingga konflik wajib dihadapi serta tidak boleh dihindari. Penghindaran atas konflik tidak akan menuntaskan permasalahan, malahan akan menumpuk permasalahan jadi meningkat banyak bersamaan dengan waktu serta meledak pada waktu yang lain dengan kerugian yang lebih besar.
Dalam penyelesaian konflik, terdapat bermacam style penyelesaian yang bisa digolongkan jadi 4 kelompok utama sebagaimana bagan di bawah ini:
• Accommodating Styles
Dilakukan guna menangkan pihak lawan atau karna pihak lawan mengintimidasi.
• Competing styles: win-drop
Hasil ditentukan oleh apa yang diperoleh, salah satu pihak terus menuntut supaya mendapatkan yang diinginkannya. Kedekatan antar para pihak tidak dipentingkan dalam kondisi ini.
• Avoiding Styles
Salah satu pihak tidak mau terus ikut serta dalam permasalahan, berupaya alihkan permasalahan, ataupun menjauhi pembahasan permasalahan sama sekali.
• Collaborating styles
Para pihak memandang hubungan di antara mereka lebih berarti dibanding permasalahan serta memilih bekerja sama dalam menuntaskan permasalahan mereka sehingga menciptakan cara bersama.
• Negotiate
Kedua pihak berkompromi dengan mengurangi tuntutan serta perolehannya masing- masing.
Berdasarkan cerminan di atas bisa dimengerti kalau penyelesaian konflik bisa dilakukan oleh para pihak yang berkonflik. Perbandingan di antara mereka dituntaskan oleh mereka sendiri. Pihak lain dibatasi keterlibatannya, sebab pihak-pihak di dalam konflik lebih memilih untuk memelihara ikatan yang sudah dibentuk bersama serta konflik menjadi tidak gampang untuk memutus ikatan yang sudah terjalin. Tetapi terdapat suasana dimana Pihak ketiga wajib turut menuntaskan konflik sebab dalam realitasnya, tidak seluruh pihak bisa menuntaskan konfliknya sendiri. Konflik yang sudah mengakar lama, meluas ke bermacam pihak, memunculkan kerugian besar serta memakan banyak korban akan memunculkan kompleksitas tertentu untuk dapat dituntaskan sendiri oleh pihak- pihak yang berkonflik. Para pihak telah diserap masuk dalam pusaran konflik serta tidak sanggup untuk berinteraksi secara baik satu dengan yang lain. Dalam kondisi semacam ini dibutuhkan kedatangan pihak ketiga yang menolong mencari jalur penyelesaiannya. Tidak hanya itu dibutuhkan pula sistem pendukung yang bisa melahirkan area yang kondusif untuk penyelesaian konflik.
0 comments:
Post a Comment